2.18.2016

Skill

(image from here)


..kemampuan? kemampuan apa?
becoming a wife and then a mom changes the whole me. Menjadi istri dan ibu benar-benar mengubah saya. Mengubah cara pandang saya terhadap situasi dan keadaan yang menurut saya sulit dan yang paling sulit itu ya saat anak sakit.

Saya berulang kali bilang pada diri saya sendiri bahwa Allah Maha Pengasih. Allah ngga mungkin membiarkan saya di keadaan terpuruk, sedih, meratapi nasib pada saat anak saya sakit. Saya tahu, saya tidak sendiri. Saya punya suami, partner saya yang menemani saya, menjadi imam saya, menjadi 'obat penenang berjalan' saya, menjadi sosok kekuatan saya setelah sekian lama sosok itu (mungkin) ada di orang tua saya.

Lateefa pernah masuk rumah sakit karena tipes dan perut selaluuuuu dan selaluuuuuuuuuuuu jadi issue buat anak pertama saya ini. Ini udah diare lagi dan saya kira dia terserang amoeba lagi tapi keadaannya belum membaik setelah 5 hari minum Flagyl. Saya mau langsung ke dokter besok, takut banget dia cacingan. Saat browsing cacingan di google, dag dig dug rasanya lemes dan beneran saya langsung gemeteran takut anak saya kurang gizi, atau dan cacing di pencernaannya yang sedang bertelur dan membesar, atau menjalar ke organ tubuh lainnya, ya Allah...

Back to skill, saya tiba-tiba ingat quote di atas. Semuanya yang datang pada saya dan suami setiap harinya membuat kami tambah kuat dan tambah pintar. Dengan melihat banyak bacaan atau source di internet yang terpapar bebas, gamblang, tanpa filter tentang cacingan, saya sebagai pembaca dan sebagai seorang ibu harus punya kemampuan untuk menyaring informasi. Yang paling penting, menurut saya, tetap tenang dan berusaha memberi pikiran positif bahwa anak saya akan baik-baik saja setelah membaca hal menyeramkan tentang cacingan -  di luar kenyataan bahwa dia cacingan atau tidak. Saya harus punya skill membentuk pikiran positif, terus mengingat bahwa Allah Maha Penyayang.

Saya merasa, keadaan seperti ini yang membuat "skilled sailor" exists. Keadaan ini yang membuat saya dan suami menjadi orang tua yang lebih pandai. Menghadapi kenyataan Lateefa tipes rasanya world is against me, I was broken, I thought I was failed taking care of her tapi menyesal, terpuruk, sedih, tidak akan menyelesaikan masalah. Disitu saya belajar bahwa kemampuan saya menghadapi keadaan menyedihkan itu menjadi bekal kekuatan untuk hari ini. Untuk tetap tenang sampai besok Lateefa ke dokter (dan pastinya perjalanan panjang cek feses di lab dan harus siap ganti popok dimanapun saat dia pup) karena saya pernah menghadapi keadaan jauh lebih menyedihkan dari ini - anak terbaring dengan infus, tidak bebas bergerak bahkan untuk menyusui, pup sampai rembes ke celana saya jam 1 dini hari...dan rentetan kejadian lain yang membuat saya kuat menghadapi asumsi jelek saya terhadap Lateefa yang cacingan skarang - amit-amit semoga feeling saya salah, amiin.

Saya sangat bersyukur memiliki suami yang benar-benar sabaaaaaaar saaaaabaaaaaaaaaaaar banget menghadapi saya yang panikan, yang keukeuh tentang sesuatu yang saya anggap benar tentang feeling seorang ibu (walaupun memang kebanyakan benarnya, tapi ada salahnya juga), pokonya alhamdulillah banget ada suami deh. Ga kebayang gimana rasanya jadi single parent yang menghadapi semua sendiri... Ya Allah.. ini aja dipikul berdua rasanya udah susah apalagi dipikul sendiri...

Life is always about options, tho. Mau being skilled sailor berdua atau sendiri..kalau saya mau being skilled sailor together karena menikah itu ya berdua, menikah itu ya duaan. Jadi kangen suami dan mau pelukan... "Life is tough, and so we are".

0 nesting here:

Post a Comment

Thank you for your time leaving a comment ♥